BELAJAR TATA KOTA DARI SEOUL
Kita tidak
pernah menyadari kondisi kota, kecuali jika telah membandingkan dengan kota
lain. Ini seperti halnya ketika anda berpetualang ke berbagai kota di sejumlah
negara. Akan telihat, betapa tata kota di Indonesia belum mendekati sempurna.
Misalnya ketika melirik Seoul, Korea Selatan.
Menyusuri
ruas jalan di Seoul sungguh menyenangkan, baik di area jalan raya maupun
pedestrian. Hampir seluruh ruas jalan raya di Seoul berlapis aspal yang halus.
tidak tampak jalan yang belubang ataupun tidak rata. yang kita temui di
Indonesia.
Ruas jalan
utamapun umumnya cukup lapang, Layaknya jalan tol di Indonesia. Jalan raya di
Seoul dibedakan antara bus dan kendaraan pribadi. Pembatasnya berupa garis
putih putus putus di sepanjang jalan. Jadi jangan heran bila melihat banyak
garis putus putus di sekita Seoul karena hampir setiap ruas jalan dilalui Bus
umum.
Menariknya,
meskipun tanpa pembatas jalan permanen dan hanya garis putih, tidak ada yang
meyerobot jalur bus. Bandingkan dengan Akses bus Trans Jakarta di Jakarta
dengan adanya pembatas berupa semen permanen namun kerap diserpbpt pengendara
sepeda motor, mobil, dan bus umum.
Seoul
bukanlah kota yang terbebas dari kemacetan. Kemacetan juga menjadi masalah
tersendiri. Namun , Umumya kemacetan terjadi di waktu waktu etertentu seperti
di jam Masuk kantor dan jam pulang kantor atau saat akhir pekan. Kemacetan
terjadi karena banyaknya pengendara mobil pribadi di seoul. Penduduk Seoul rata
rata tidak menyukai sepeda motor.
Sepeda Motor
kebanyakan hanya untuk layanan antar makanan dan barang. Orang Korea lebih
bangga bisa bisa memiliki mobil sendiri.
Namun,
kemacetan di Seoul tidak separah di Jakarta. Ini karena jumlah penduduk di
Seoul jauh lebih sedikit dibandingkan di Jakarta. Selain itum Transportasi umum
di Seoul juga terintegrasi dengna baik. Selain bus, tersedia MRT atau kereta
subway yang memudahkan warga Seoul berpergian dari satu daerah ke daerah
lainnya.
Warga Seoulpun memiliki pilihan
lain untuk berpergian selain menggunakan mobil pribadi.
Jalur
pedestrian yang lapang juga tersedia di berbagai sudut kota. Jalur pedestrian
ini rata rata bersih dan rapi. Bukan berarti tidak ada pedagang kaki lima,
pedagang kaki lima di Seoul tetap ada, tetapi tidak terlalu banyak. Warga Seoul
terbilang sangat memperhatikan kebersihan dan kerapihan. Tidka mengherankan
pusat kota nyaman karena bersih dan rapi.
Tempat
sampah memang terbilang jarang. Namun, terlihat warga Seoul bukanlah orang
orang yang gemar jajan dan kerap menggunakan kantong plastic. Hasilnya,
meskipun tidka tersedia tempat sampah, nyaris tidak ada sampah plastic
pembungkus makanan yang menumpuk di sudut sudut kota.
Tatanan
gedung perkantoran di Seoul juga rapi. Masyarakat Korea Selatan memang cukup
teliti dalam melihat detal, termasuk dalam penataan kora. Gedung perkantoran
berjajar rapi.
Demikitan pula dengna kawasan pertokoan yang juga tertata dengna
baik. apabila membaca peta kota Seoul, tidak akan merasa kesulitan dalam
mencari lokasi.
Setelah
melihat kota di negara lain, barang kali kita merasa kota sendiri terasa buruk.
Kotor, kumuh, tidak teratur, atau bahkan sumpek.
Namun masih
ada perbaikan. Melihat upaya yang dilakukan Wali Kota Ridwan Kamil dan Wali
kota Surabaya Rismaharini dalam menata kota didaerahnya. ini berarti ada titik
cerah di Indoensia dalam perbaikan tata kota.
Selayaknya
kita tidak mengantungkan penataan kota pada 1 -2 kepala daerah tertentu. Akan
tetapi , biarlah mereka menjadi inspirasi dalam memunculkan kepala daerah lain
yang melakukan penataan kota lebih baik lagi.
Mari mulai
dari Diri sendiri untuk Lebih penduli dengan lingkungan. Kebersihan lingkungan
cermin kecerdasan masyarakat. Semakin masyarakat menjaga kebersihan lingkungan,
semakin nyaman dan identik dengan masyarakat yang maju.
Karena dalam
Hadist Nabi “Kebersihan adalah sebagian dari Iman. Orang yang beriman adalah
orang yang mampu berfikir dan peka dengan
keadaan lingkungan. dari membersihan lingkungan rumah kita sendiri dan
menjaga kebersihan badan, agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
Sumber : Kompas
Sumber : Kompas