Pondok Ilmu Pengetahuan

Saturday, July 30, 2016

Tuhan Maafkan aku

Tuhan, harap maklumi kami, manusia-manusia yang begitu banyak kegiatan. 

Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu.
Tuhan, kami sangat sibuk. 

Jangankan berjamaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. 

Jangankan rawatib, zikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah sangat memberatkan kami. 

Jangankan puasa Senin-Kamis, jangankan ayyaamul baith, jangankan puasa nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh. 

Tuhan, maafkan kami, kebutuhan kami di dunia ini masih sangatlah banyak, sehingga kami sangat kesulitan menyisihkan sebagian harta untuk bekal kami di alam abadi-Mu. 

Jangankah sedekah, jangankan jariyah, bahkan mengeluarkan zakat yang wajib saja seringkali terlupa. 

Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih amatlah banyak.
Jadwal kami masih amatlah padat. 

Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadap-Mu. 

Kami masih belum bisa meluangkan waktu untuk khusyuk dalam rukuk, menyungkur sujud, menangis, mengiba, berdoa, dan mendekatkan jiwa sedekat mungkin dengan-Mu. 

Tuhan, tolong, jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami. Karena kami masih terlalu sibuk.

Friday, July 29, 2016

Pesan Umar Bin Abdul Aziz ke Anaknya

 WAKTU

Suatu waktu khalifah Umar bin Abdul Aziz sesampainya di rumah setelah mengurus jenazah kakeknya, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar istirahat dengan tidur-tiduran di ranjang. Tak selang berapa lama, Putra Umar, Abdul Malik, datang kepada Umar dan bertanya : “Wahai Amirul mukminin gerangan apakah yang membuat anda berbaring di siang hari bolong seperti ini?”

Umar menjawab, “Aku letih, aku butuh istirahat.”

Abdul Malik berkata, “Pantaskah Anda beristirahat padahal banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, masih banyak rakyat yang tertindas yang butuh pertolonganmu.”

Umar menjawab, “Semalam suntuk aku menjaga pamanmu dan itu yang mendorong aku istirahat, nanti setelah shalat Zuhur aku akan mengembalikan hak-hak orang-orang yang tertindas dan teraniaya.”

Sang anak pun bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, siapakah yang menjamin Anda hidup sampai Zuhur. Bagaimana kalau Allah menakdirkan Anda meninggal dunia sekarang?”

Kemudian Umar bangun dan pergi membawa sekarung gandum, lalu mencari orang yang kelaparan.


Begitu besarnya kesadaran Umar bin Abdul Aziz terhadap hakikat waktu, beliau mengetahui benar bahwa waktu yang dia miliki adalah modal untuk mendapatkan bekal menuju Surga. Maka rugilah ketika waktu yang dimilikinya hilang percuma tanpa ada amalan yang bisa memberatkannya di yaumul hisab kelak.

Bahkan saking pentingnya waktu, Allah tak bosan-bosannya mengingatkan kita akan nilai penting waktu. Karena waktu tak akan kembali, waktu juga tak sama, detik ini akan berbeda dengan detik lain sepanjang hidup kita. Maka beruntunglah mereka yang sadar dengan hakikat waktu dan segera berbenah memperbaiki kualitas takwa.

Kawan, Allah maha adil, setiap manusia di bumi diberikan kesempatan yang sama yakni 60 detik sama dengan satu menit, 60 menit sama dengan satu jam, dan 24 jam sama dengan sehari. Baik kita berada di Indonesia, China, Belanda, Amerika maupun Zimbabwe.

Jelas sudah masalahnya bukan berapa jumlah waktunya, tapi bagaimana manusia memanfaatkan waktunya. Ada yang dalam 24 jam mampu mengurusi 200 juta jiwa manusia, memimpin perusahaan raksasa, menyelesaikan tugas berlembar-lembar, bahkan hal yang selainnya. Tetapi ada juga 24 jam yang ada mengurus dirinya saja tak mampu.

Esensi hidup kita adalah waktu yang kita gunakan untuk menabur benih di dunia yang kelak akan kita panen di akherat, jangan sampai diri ini merugi, karena lebih banyak hidup ini di isi dengan gelimang kesia-siaan daripada buncahan produktivitas.

Ingat! Satu kalimat Tanya yang akan di ajukan oleh Allah, Bukan Berapa? Tapi untuk Apa umur yang kita miliki? Kencangnya waktu tak bergantung pada laju jam yang menempel di dinding, atau jam digital pada hape yang kita miliki. Orang yang memiliki umur panjang tapi digunakan untuk hal sia-sia esensinya dia memiliki umur yang pendek, dia tak bisa memanfaatkan fasilitas umur secara efektif dan produktif.

Mari kawan, sejenak merenung, bagaimana selama ini kita memanfaatkan waktu yang ada. Apakah kita selama ini masih banyak menentang perintah Allah ataukah sudah banyak amalan yang kita perbuat. Masih banyakkah kita membuang waktu dengan hal yang tidak produktif ataukah sudah banyak karya yang sudah kita ciptakan untuk masyarakat? Muhammad Al-Fatih menaklukan Konstantinopel umur 22 tahun, kita? Ibnu Sina diangkat menjadi tabib berumur 16 tahun, kita?

Sebagai penutup cukuplah kita merenungi apa yang disampaikan Allah dalam surat Al-Asr,

“Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”

(Sumber: remajaidamansurga.blogspot.com)

Friday, July 15, 2016

Don't cry Allah loves you

“Don't cry Allah loves you” oleh Ahmad Rifa’i Rif’an.

Sulitnya perjuangan terkadang merupakan jalan dari Tuhan untuk memberikan ilmu, ketangguhan mental dan kompetensi.

Bukankah untuk menjadi pedang yang tajam, sepotong besi harus rela dibakar dan ditempa berkali-kali

Bukankah untuk menghasilkan mutiara, seekor kerang harus rela menahan sakit yang berkepanjangan karena pasir yang mengendap di tubuhnya

Bukankah untuk menjadi rajawali, seekor elang harus menjalani proses transformasi yang sangat menyakitkan selama berbulan-bulan

Bukankah untuk menjadi kupu-kupu yang indah, seekor ulat harus menjalani proses menjadi kepompong yang menyiksa

Mereka yang sekarang berada di puncak adalah mereka yang bersabar menghadapi kepedihan perjuangan di jalannya

Sunday, July 10, 2016

Pendidikan sejati

Tujuan diadakannya sebuah Pendidikan adalah membuat seseorang agar mampu menghasilkan karya-karya baru yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah, bukan hanya sekedar menghafal dan mengulangi apa yang telah ditemukan oleh generasi sebelumnya. Apabila hanya menghafal, dan hanya bisa bangga terhadap karya orang terdahulu tanpa mengambil pelajaran bagaimana cara orang terdahulu menemukan sebuah ilmu untuk pemecahan masalah, maka peserta didik akan sulit membuat karya yang besar bahkan jauh lebih besar dari semua yang telah ilmuwan temukan

Insiyur Kebersihan

Ada milyaran pabrik tersebar di negara ini atau bahkan di seluruh penjuru bumi. Berada di pusat perkotaan, kampung, hingga dusun. Berisi orang" kalangan atas hingga bawah. Tak perlu karyawan ataupun buruh di dalamnya. Ribuan ton barang diproduksi tiap harinya. Tak perlu proses yang rumit, cukup membeli di pasar atau supermarket, digunakannya, lalu dihasilkannya. Hanya saja tak banyak orang ingin memiliki hasil produksinya. Hingga tanpa disadari menjadi busuk dan berserakan. Mengotori bumi yang awalnya indah, merusak lingkungan yang awalnya hijau. 

Di tengah ulahnya yang mengkhawatirkan, masih ada beberapa orang yang rela bersahabat dengan hasil produksinya, mengantarkannya ke tempat yang seharusnya, menyelamatkannya agar tak merugikan manusia. Namun, atas jasanya yang begitu mulia, orang-orang disekitarnya menyebutnya dengan gelar "tukang". Sebutan yang nampak tak adil jika melihat usaha kerasnya yang telah dikeluarkan menjaga agar bumi ini tetap layak huni. Jika saja Insinyur adalah gelar bagi orang yang bertugas dalam perencanaan, instalasi, dan pengelolaan produk. Maka apa salahnya jika sahabat hasil produksi itu disebut "Insinyur Kebersihan" ? Gelar yang layak di tengah proses produksi tiada henti. Pabrik yang sangat mustahil berhenti produksi ini pun mengenal kata untung dan rugi. Menguntungkan jika barang yang dihasilkannya memberi manfaat bagi manusia juga lingkungan, dan merugikan jika barang yang dihasilkannya mengotori lingkungan, menimbulkan penyakit, hingga menjadikan bumi tak layak huni. 

Untung atau rugi, bergantung dari orang-orang yang ada di dalamnya, yang setiap hari tidur di dalamnya, mandi di dalamnya, makan di dalamnya, bermain di dalamnya, hingga beribadah di dalamnya. Mulai dari istana negara, komplek perumahan, perkampungan, pedesaan, maupun jalanan, semua menghasilkan satu produk : Sampah. Produk yang tidak ada seorang pun tertarik untuk memberikan "brand" agar laku di pasaran. Hanya orang tertentu saja yang sadar kebersihan merupakan sumber kehidupan di bumi. Hingga tak jarang ada tangan-tangan kreatif yang berhasil mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai dan membawa kebaikan bagi seluruh makhluk yang ada di bumi. 

Tak perlu satu atau dua hari untuk memperingati hari bumi sebagai wujud kecintaan. Wujudkan dengan aksi nyata setiap hari, buang sampah di tempatnya, dan hormati orang yang bersahabat dengannya. Sampah ? Musibah ? Bantah !