MASALAH PENDIDIKAN KABUPATEN
LEBAK, BANTEN
Sekilas mengenai Daerah Kabupaten Lebak, Banten
Kabupaten Lebak, Banten merupakan kabupaten didaerah Provinsi banten,
Jawa Timur. Ibukotanya
adalah Rangkasbitung. Kabupaten
ini berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang di utara, Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Sukabumi di timur, Samudra
Hindia di selatan, serta Kabupaten Pandeglang di barat
Secara
Luasnya 3.044,72
km2 sedangkan secara total; jumlah populasinya 1.233.905 jiwa (2008 Kabupaten Lebak terdiri atas 28 kecamatan,
yang dibagi lagi atas 340 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung, yang berada di bagian utara
wilayah kabupaten. Kota ini dilintasi jalur kereta api Jakarta-Merak.salah Satu termasuk daerah yang masuk daftar 183 kabupaten tertinggal di
indonesia. berada diurutan pertama bersama dengan pandeglang di daerah jawa
timur yang termasuk daerah kabupaten tertinggal. termasuk dalam hal pendidikan
juga tertinggal.
karena factor
geografis wilayah Kabupaten Lebak berada pada
105 25' - 106 30 BT dan 6 18' - 7 00' LS. Bagian utara kabupaten ini berupa
dataran rendah, sedang di bagian selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya
Gunung
Halimun di ujung tenggara, yakni di perbatasan dengan Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Sungai Ciujung mengalir ke
arah utara, merupakan sungai terpanjang di Banten, terletak di daerah yang relative sulit dijangkau. karena letaknya
dipedalaman, perbukita/ pegunungan. hingga sulit dijangkau jaringan
transportasi. sehingga akses bantuan ataupun sarana dan prasarana sulit
dijangkau apalagi perhatian akan pemerintah kurang terhadap kebupaten lebak.
Kebanyakan Mata pencaharian kebanyakan
penduduk di kabupaten Lebak adalah bertani sawah tadah hujan, selain beternak
kambing. Daerah ini juga terkenal dengan kebudayaan Sunda Wiwitan. sedangkan Listrik di Lebak dipasok oleh
PLN secara kontinyu, namun masih ada beberapa daerah yang belum terjamah
listrik sama sekali, sehingga penduduknya masih mengandalkan lampu minyak
sebagai alat penerangan di waktu malam. Sinyal telepon dan GPRS pun masih
sulit.
Sejauh ini hanya satu
provider GSM yang bisa diakses. karena akses kesulitan, serta transportasi juga
kesulitan. hal ini ynagmenjadikan daerah ini mengalami kemiskinan, termasuk
juga dalam pendidikan masih rendah dari skala nasional. Hal ini yang menyebabkan Pada tahun 2005 saat pemekaran daerah, Kabupaten Lebak adalah satu
di antara 2 Kabupaten di Wilayah Selatan Propinsi Banten yang tertinggal, salah
satu isu pokok dalam perjuangan pembentukan Propinsi Banten dengan memisahkan
diri dari propinsi Jawa Barat merupakan upaya pembebasan dari kemiskinan,
ketertinggalan dan ketimpangan yang terjadi diantara Kabupaten/Kota. akan tetapi
justru dari 300
Desa/Kelurahan tersebut, 190 Desa dikategorikan sebagai Desa Tertinggal, namun
setelah Pemda dan BPS Kabupaten Lebak melakukan Identifikasi Desa Tertinggal
pada tahun 2005, maka data terakhir sejumlah 148
Desa Tertinggal.
Kementerian Negara
Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia. Dalam rangka menganalisa
sejauh mana ketertinggalan daerah Kabupaten Lebak, Pemerintah Daerah melalui
Bappeda bekerjasama dengan BPS Kabupaten lebak melaksanakan Identifikasi Desa
Tertinggal. Kriteria yang digunakan dalam menentukan desa tertinggal difokuskan
terhadap ketersediaan dan pelayanan infrastruktur perdesaan yang meliputi
aksesibilitas jalan, sarana air bersih, jaringan listrik berikut Saluran sambungan
Rumah (SSR), sarana kesehatan dan pendidikan.
Hasil survey yang
dilaksanakan pada tahun 2005 menggambarkan bahwa jumlah desa tertinggal di
Kabupaten Lebak mencapai 148 Desa. Upaya-upaya percepatan pembangunan
tersebut diantaranya melalui Program Hotmik Masuk Desa, pembangunan sarana dan
prasarana air bersih, Listrik Masuk Desa, penuntasan pembangunan dan
rehabilitasi gedung SD, penambahan puskesmas, puskesmas pembantu serta polindes
dan pos yandu. Program-program tersebut dipadukan dalam konsep pembangunan
kewilayahan dengan harapan bisa menyelesaikan masalah tersebut.
Akan tetapi
Program program pemerintah yang berlangsung justru tidak efektif dan tidak memecahkan
masalah masyarakat, karna dijadikan lahan untuk korupsi pemerintah. salah satu contoh gubernur atut chosyiah dan
rano karwo terlibat dalam kasus korupsi pengadaan barang kesehatan, serta
terlibat penyuapan pemilu kada lebak, banten. dari sini yang justru memperparah
keadaan. disamping itu peran masyarakat tidka memperdulikan akan hal itu.
Pola pokir
budaya suku badui masih mendominasi. seperti mempertahankan keluhuran adat
istiadat seperti bercocok tanam, tidak bersekolah, tidak memakai alat
informasi, dsb. yang menyebabkan mereka menjadi korban korupsi pemerintah. hal
ini juga linier terjadi pada pendidikan di daerah kabupaten lebak banten.
Masalah-Masalah Pendidikan di Kabupaten Lebak Banten
Program pemerintah dalam
penanganan buta huruf masih belum optimal
Masih banyak
warga yang buta huruf dan minat sekolah sampe SMA sangat rendah
Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-rata
Lamanya Sekolah
Di Kabupaten
Lebak Tahun 2004-2010 No.
|
Uraian
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
1.
|
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
|
-
|
-
|
-
|
-
|
514.097
|
777.532
|
791.240
|
2.
|
Melek Huruf
|
93,90%
|
94,10%
|
94,10%
|
94,10%
|
94,10%
|
94,10%
|
95,85%
|
3.
|
Rata-rata Lama Sekolah
|
6,1 Th
|
6,2 Th
|
6,2 Th
|
6,2 Th
|
6,3 Th
|
6,2 Th
|
6,3 Th
|
Melek Huruf (AMH) adalah
persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta
mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari
AMH menunjukkan kemampuan
penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media serta
menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis, yang pada
akhirnya mencerminkan potensi perkembangan intelektual
Angka Melek Huruf (AMH)
meningkat sebesar 0,20% akan tetapi
Terlihat dari tabel diatas dari tahun 2006 sampai dengan 2009 persentase
pencapaian AMH tidak mengalami peningkatan yang significant dari tahun ke
tahun. hal ini menunjukan perkembangan angka melek huruf relatif konstan
Hal ini terlihat dari tahun
2005-2010 perkembangan AMH sebesar 95,85 %. disamping itu angka melek huruf
tersebut masih belum menunjukan signifikan perubahan
Rata-rata
lama sekolah masyarakat Kabupaten Lebak hanya 6,24 tahun. hal ini menujukan
kebanyakan masyarakat kabupaten lebak tingkat pendidikannya hanya sampe SD –
SMP.
Menunjukan hanya Masyarakat banten hanya segelintir
orang yang bersekolah di SMA. kebanyakan mengenyam hanya sampe SD.
Minat warga
dalam partisipasi pendidikan sangat rendah
No.
|
Tingkat
Pendidikan
|
Angka
Partisipasi (%)
|
APS (%)
|
|
Kasar
(APK)
|
Murni
(APM)
|
|||
1.
|
SD/MI
|
95,00
|
80,32
|
2,5
|
2.
|
SLTP/MTs.
|
50,95
|
39,59
|
36,5
|
3.
|
SLTA/MA & SMK
|
19,93
|
16,41
|
21,7
|
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mencapai 6,3 tahun pada
tahun 2010. Jika dikonversikan pada tingkat kelulusan, maka rata-rata tingkat
pendidikan penduduk Kabupaten Lebak adalah tidak tamat SLTP atau baru mencapai
kelas 1 SLTP. oleh karena itu in masih dibawah standart nasional yang seharusnya
penduduk bisa berpartisipasi sampai memenuhi 12 tahun wajib belajar. akan
tetapi kebupaten lebak masih sangat dibawah standart nasional hanya sampe SD
Pencapaian Angka Partisipasi Murni
pada tahun 2009, tingkat SD mencapai 95,17%, tingkat SLTP 68,79.0% dan tingkat
SLTA mencapai 22,61%. Sedangkan pencapaian Angka Partisipasi Kasar tingkat SD
mencapai 109,09%, tingkat SLTP 93,71% dan tingkat SLTA mencapai 30,69%.
Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). dari data
itu disetiap jenjang justru mengalami
penurunan partisipasi. hal ini menunjukan tigkat partisipasi masyarakat akan
pendidikan tingkat atas masih sangat rendah
Kemiskinan menghambat
berpartisipasi masyarakat dalam pendidikan karena mahalnya pendidikan tak sesuai
kemampuan mereka
Kabupaten Lebak merupakan daerah yang memiliki potensi
dalam pengembangan Agroindustri dan Agronomi karena sebagian besar mata
pencahariaan masyarakat berada pada sektor pertanian. Dalam kurun waktu
2004-2008 struktur perekonomian Kabupaten Lebak masih didominasi oleh sektor
pertanian dengan kontribusinya yang berkisar 37%-39%,
laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lebak cenderung
mengalami perlambatan secara komprehensif. lemahnya kualitas sumber daya
manusia dan rendahnya kemampuan fiskal daerah serta belum tersebarnya
pengetahuan teknologi tepat guna
Warga ingin mempertahankan budaya dan
adat istiadat leluhur sehinngga pola
pikir yang menghambat segala hal seperti perekonomian bahkan pendidikan. hingga
jumlah penduduk
miskin, rumah tangga miskin di Kabupaten Lebak pada tahun 2009 mencapai jumlah
171.109 rumah tangga atau sebesar 52,72% dari jumlah rumah tangga seluruhnya
yaitu sebanyak 288.335 rumah tangga
Masalah infrastruktur yang tidak
mendukung
Kondisi infrastruktur (jalan dan penerangan) yang
belum memadai untuk peekonomian menyebabkan masyarakat tidak bisa
berpartisipasi dalam pendidikan juga terhambat ke Akses menuju ke kesekolahan
terhambat. seperti yang diberitakan pada bulan maret tahun 2011. bahwa dibanten
khususnya didaerah cicarigin, kabupaten lebak banten. ada dua jembatan yang
tidak layak. kondisinya sebelum diperbaiki tahun 2014 ini.
kondisi jembatan
yang sudah 4 tahun mengalami hanya berberawat besi. di wilayah ini selain
yang mengakibatkan
terisolasinya masyarakat dari jangkauan pelayanan sosial dan ekonomi selain itu
kurannya infrastruktur sehingga jangkauan untuk akses ke jalur pendidikan juga
terhambat
Masalah kesehatan yang
menghambat input masuk ke pendidikan
Masalah
kesehatan memperihatinkan yang menghambat mereka memikirkan pendidikan karena
daerahnnya adalah daerah kawasan hampir seluruh daerah kabupaten lebak rawan
akan banjir terutama wilayah wilayah yang sekitar bantaran sungai dan wilayah
pantai.
Disisilain kesehatan masyarakat
Kabupaten Lebak kondisinya juga masih sangat memprihatinkan bila dilihat dari
kepala keluarga dengan akses air minum layak yang baru mencapai 45,46%. Dari
aspek perilaku PHBS kondisi masyarakat Kabupaten Lebak masih sangat memprihatinkan
dengan masih rendahnya persentase Rumah Tangga Sehat (berPHBS). dari sini
masalah kesehatan ini yang memperparah kondisi kemiskinan hingga untuk
memikirkan pendidikan sangat sulit
karena untuk mengurusi masalah ekonomi, dan masalah kerumah tanggaan
saja masih sulit apalagi memikirkan pendidikan berkualitas.
Masalah Budaya/Adat Istiadat yang menjadi subtasi masalah menghambat segala hal
sistem masyarakat
Masalah budaya juga menjadi masalah
utama karena Kabupaten Lebak memiliki karakteristik tersendiri dalam hal budaya
islami dan adat istiadatnya, di mana peran ulama sebagai pemimpin informal dan
persebaran pondok pesantren di seluruh Kabupaten Lebak cukup besar perannya
dalam membentuk sistem nilai dan norma tersendiri. Di samping itu, keberadaan jawara
dan budaya kaolotan juga memberi pengaruh yang besar dalam kehidupan
masyarakat.
Di Lebak juga terdapat kelompok masyarakat yang masih memegang
teguh budaya dan kepercayaan yang kental, yaitu Suku Baduy dengan agama Sunda
Wiwitan-nya. sehingga karena masyarakat baduy harus mematuhi adat istiadat
dan norma yang dianut. masih mempertahankan kebiasaan lama dari para leluhur
seperti keahlian
yang dibutuhkan masyarakatnya, yakni bercocok tanam, membuat peralatan rumah
tangga, membangun rumah, menjaga hutan dan lingkungan, melakukan
upacara adat dan istiadat. wanitanya juga memiliki keahlian memasak, memilir
padi dan ada juga yang bisa jadi bidang saat wanita melahirkan, kemudian juga
mengobati sakit dengan meramu sendiri. karena tidak ada puskesmas dan klinik.
Tujuan hidup
mereka adalah hidup tenang, tentram dan memelihara alam sekitar. Dan untuk itu,
semua yang mereka punyai sekarang sudah cukup.dari sini membuat mareka lebih
eklusif tidak mau menerima informasi atau barang barang teknologi. sehingga
budaya in menghmbat pendidikan. yang suku ini mengharamkan pendidikan di ruang
kelas dan ada gurunya
Masalah Kekurangan Guru
Bahwa di kabupaten lebak banten,
masih kekurangan guru untuk jenjang SD, SMP, SMA dan SMK
sebanyak 2.478 orang.padahal yang dibutuhkan terdiri dari 1.062 guru kelas, 1.079
guru jasmani dan agama serta lainnya guru umum. dikarenakan para guru lebih
memilih untuk mengajar di kota yang tentunya pertimbangannya gajinya lebih
besar dari pada dipedesaan seperti di kabupaten lebak. selain itu sarana
infrastruktur di desa kabupaten lebak minim, selain daerah pegunungan dan
pertanian yang tidak memungkinkan transportasi bisa masuk ke wilayah desa
Menurut menurut Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten
Lebak Hasan Alaydrus di Rangkasbitung, bahwa Selama ini pemerataan tenaga pendidik
belum ideal karena guru banyak menumpuk di perkotaan, memang dari
jumlah guru di
Kabupaten Lebak sebanyak 7.247 orang sudah mencukupi untuk disebar di 28
kecamatan, akan tetapi lebih banyak di kota. sehingga di kabupaten lebak menjadi
kekurangan guru yang mengajar. sehingga menjadi masalah di kabupaten lebak
kekurangan 1600 guru. secara kuantitas. hal ini ini menyebabkan di kabupaten
lebak banten, linier dengna pelayanan pendidikannya yang belum maksimal
Masalah Kesejahteraan Guru masih sangat kurang
Bahwa memang ada persyaratan guru,
akan tetapi hanya sebanyak 700 guru yang disertifikasi. padahal kebutuhan akan
guru di kabupaten lebak adalah 1600 guru yang dibutuhkan. sehingga hampir
setengah dari jumlah kekurangan guru adala guru honorer yang secara kualitas
tidak mendapatkan sertifikasi. selain itu juga dari jumlah guru yang
sertifikasi kurang mendapatkan tunjangan sertifikasi, sebagai mana yang telah
dijanjikan departemen pendidika nasional. guru guru yang bekerja di pedalaman kabupaten
lebak menerima gaji pas pasan.
Padahal masih membutuhkan gaji untuk biaya
kebutuhan hidup. hal ini menunjukan bahwa selain kualitas dari guru honorer
yang rendah terutama di daerah pedalaman sehingga berpengaruh pada kualitas
mengajarnya karena ketidak sesuai dengan kurikulum yang menyebabkan apa yang
diajarkan tidak mencetak sesuai kurikulum, juga diperparah dengan adanya
sertifikasi hanya setengah dari guru yang dibutuhkan , namun setelah
sertifikasi kesejahteraan guru tidak ada jaminan dari pemerintah bahkan masih
digaji pas pas’an. hal ini malah memperparah keadaan pendidikan.
Komitmen Guru dalam mengajar sangatlah kurang
Komitmen para guru untuk
ditempatkan mengajar di pedesaan sangat kurang minat. factor penyebabnya antara
lain. di daerah kabupaten lebak yang terletaknya di daerah pegunungan,
pertanian dan dekat dengan laut juga sarana tranportasi belum terjangkau dengna
baik. hal ini yang membuat para guru mengurungkan niatnya untuk ditempatkan di
pedalaman.
padahal jumlah guru di Kabupaten Lebak
sebanyak 7.247 orang sudah mencukupi untuk disebar di 28 kecamatan. namun, karena pemerataan guru yang tidak
baik, sehingga terjadi kekurangan. karena idealism guru dalam hal ini
lebih memilih mengajar di daerah perkotaan sehingga menyebabkan kekurangan
didaerah kabupaten lebak yang mengakibatkan pemerintah mengangkat guru honorer
Alokasi dana pemerintah cuman untuk pendidikan SD
Pemerintah
sudah mengalokasikan dana 20 % untuk pendidikan. serta menyediakan sekolah
sekolah di daerah kabupaten lebak banten.. namun sekolah yang banyak adalah
sekolah dasar. dikarenakan masyarakat kabupaten lebak yang partisipasi sangat
rendah untuk sampai sekolah ke jenjang SLTA,SMA bahkan Perguruan tinggi.
diketahu
bahwa kondisi capaian kinerja tahun 2010, seluruh angka partisipasi kasar masih
belum significant, teurtama untuk ke jenjang sekolah 9 tahun bahkan ke 12 taun
wajib belajar. APK tertinggal pada
jenjang SLTA sebesar 9,58% dan APM SLTP sebesar 17,23%. sehingga wajar
pemerintah lebih banyak menyediakan sarana sekolahan SD/ MTS/MI sedangkan
SMP/MTS dinomor duakan, apalagi sampai ke SMA/SMK yang mengarahkan pada
keahlian atua bahkan perguruan tinggi. di kabupaten lebak hanya ada 1 perguruan
tinggi dari jumlah SMA 100 di 28 kecamatan. sampai sampai di daerah pedalaman
tidak ada SMP/SMA sama sekali.
Pemerintah dalam upaya penyediaan
infrastruktur di SDM dan SMP yang layak menjadi prioritas utamanya. Salah satu
capaian kinerja bidang pendidikan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah
capaian kinerja APK SD/MI tahun 2011 sebesar 113,88%. karena angka ini belum
melampaui target akhir RPJMD sebesar 114.22% . hal ini yang membuat pemerintah
Fokus perhatian dan prioritas untuk jenjang pendidikan SD/MI adalah pada
peningkatan APM dan pemeliharaan sarana prasarana sekolah agar daya tampung
tidak menurun dan rasio siswa dengan jumlah ruang kelas, rasio siswa dengan
jumlahg WC serta rasio siswa dengan lainnya semakin mendekati SPM atau SNP.
Infrastruktur banyak yang rusak dan belum memadai/tersedia
Hampir dari 65 % gedung mengalami
rusak, sedangkan kebutuhan ruang kelas juga tinggi. akan tetapi dana APBD yang
dikeluarkan tidak sebanding dengan pelaksanaannya. hal ini menyebabkan
kerusakan. padahal
secara dana atau alokasinya sangat besar. Pada tahun anggaran 2011 dialokasikan
sebesar Rp. 637.676.341.380,- atau 51,22 %, dan tahun anggaran 2012 sebesar Rp.
592.018.000.305,- atau 48,35%. akan tetapi realisasinya masih sangat sangat
lambat. sehingga karena kondisi infrastruktur banyak yang tidak layak bahkan
parah maka sarana dan prasarana tidak mendukung dalam proses pembentukan tenaga
ahli. disamping itu dperparah dengan Kondisi 162 Ruas Jalan
Kabupaten
sepanjang 933,95 Km hanya 45,82% (427,5 Km) yang berada dalam kondisi baik,
sedangkan 55,18% (506,45 Km) berada dalam kondisi rusak dan rusak berat. selain
terkendala infrastruktur , juga akses jalan di kabupaten lebak sekitar (506,45
Km) berada dalam kondisi rusak dan rusak berat
Penggelolaan Managemen pendidikan yang sangat kurang
Secara
Pelayanan pendidikan juga dapat dilihat dari ketersediaan sekolah dan guru.
Pada tahun 2006, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah untuk
pendidikan dasar adalah sebesar 0,006794 atau tersedia 67,94 sekolah per 10.000
penduduk usia sekolah, sedangkan rasio guru dengan murid sebesar 0,043028 atau
tersedia 430,28 guru per 10.000 murid. Untuk pendidikan menengah, rasio
ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah sebesar 0,0010435, rasio guru
dengan murid sebesar 0,063893.
Kondisi ini
menunjukan bahwa pelayanan pendidikan berupa penyediaan sekolah dan guru masih
relatif rendah sehingga perlu ditingkatkan. Selain itu, meskipun telah terjadi
berbagai peningkatan yang cukup berarti, pembangunan pendidikan belum
sepenuhnya mampu memberi pelayanan merata, berkualitas dan terjangkau.
Lulusan Belum banyak yang bisa
siap kerja
Mutu pendidikan berhasil atau
tidaknya di suatu daerah tergantung pada capain angka putus sekolah dan angka
kelulusan. Di Kabupaten Lebak capaian Angka putus sekolah pada tahun 2009 untuk
jenjang pendidikan SD sebesar 0,46%, SLTP sebesar 0,97%, dan SLTA sebesar
0,68%. Sedangkan untuk Angka Kelulusan angka capaian pada tahun 2009 untuk
jenjang pendidikan SD sebesar 94,14%, STLP sebesar 77,69%, dan SLTA sebesar
82,03%.sebenarnya angka kelulusannya di SD lumayan besar dan angka putus
sekolahnya juga kecil. akan tetapi di SLTP, SMA masih angka kellusannya kecil
dibandingkan daerha lain yang stadarnya 90% masyarakat di segala sekolah bisa
lulus.
SUBTANSI
MASALAH :
-
Masalah ekonomi
- Masalah budaya masyarakat yang
menghambat proses input masuk ke pencetakan tenaga ahli
-
Masalah Penunjang : masalah
kesehatan, infrastruktur kurang mendukung dan sebagainya
SOLUSI ATAU
SARAN PRIORITAS PENYELESAIAN MASALAH :
-
Input siswa menjadi prioritas
utama
Angka partisipasi masyarakat masih rendah maka perlunya perubahan paradigm akan
pendidikan harus dirubah. terutama Pemerintah memberikan penyuluhan dan nilai
penting mengenai manffat sekolah dan lain sebagainya
-
Guru ahli
Dipedesaan masih kurang guru hingga banyak
guru honore yang secara kualifikasinya rendah dan kesejahteraannya juga kurang
-
Kurikulum
adalah basic sistem pendidikan maka diletakkah
menjadi masalah ketiga sebalum sarana dan prasarana. Perbaikan penerapan
kurikulum sebaiknya ditingkatkan supaya guru yang memberikan pembelajaran ke
siswa lebih terarah mencetak keahlian siswa
-
Sarana dan prasarana
menentukan motivasi dalam belajar serta sebagai penunjang
Siswa dan guru serta kurikulum sudah baik maka
mereka bisa belajar memanfaatkan alam. termasuk ketika guru sudah bisa
mengajarkan memanfaatkan lingkungan yang ada. sehingga sarana tempat hanya
pendukugn dalam proses pembelajaran.