Berlian di Pelupuk Mata tidak Kelihatan
Pada zaman
dahulu, tidak jauh dari Sungai Indus, hiduplah seorang laki laki bernama Ali
Hafiz yang tinggal bersama keluarganya. Ia memiliki ladang dan kebun yang luas,
dan ia dianggap sebagai orang yang kaya raya. Setiap malam ia bersyukur kepada
Allah atas segala nikmat yang telah dikaruniakan dan setiap malam ia dapat
tidur dengan nyenyak. Pada suatu hari, seorang laki laki yang banyak mengkaji
kisah kisah zaman dahulu datang mengujungi Ali Hafiz. Beliau menceritakan
bagaimana proses berlian dijadikan dan berkata. “Apabila kamu berhasil memiliki
berlian meskipun sebesar ibu jari, maka kamu mampu membeli sebuah negara, dan
apabila kamu bisa memiliki sebuah pertambangan berlian maka kamu dapat
menguasai dunia”.
Mulai saat itu,
Ali Hafiz tidak dapat tidur dengan nyenyak lagi, dan sejak saat itu pula ia
lupa bersyukur kepada Allah. Siang dan malam ia hanya termenung memikirkan
bagaimana caranya memiliki berlian. Akhirnya, ia memutuskan untuk menjual semua
harta yang dimilikinya untuk merantau dalam rangka mencari pertambangan
berlian. Maka, Ali Hafiz mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya dan
segera memulai perjalanannya. Ia merantau ke negara Palestina, menjelajahi
Eropa dan akhirnya tiba di Teluk Barcelona dalam keadaan miskin. Namun, berlian
yang dicari tidak juga ditemukan. Ia merasa sangat kecewa dan putus asa, dan
akhirnya menceburkan dirinya ke dalam laut. Dengan begitu tamatlah riwayat
hidupnya.
Kembali kepada
ladang dan kebun yang sudah dijualnya, pada suatu hari pemilik yang baru
berjalan jalan di kebunnya dan kemudian berhenti untuk beristirahat di tepi
sebuah sungai. Ia merasa aneh karena pasir di sungai itu terlihat bersinar dan
gemerlapan. Ia pun menciduk pasir sungai dan kemudian menunjukannya kepada laki
laki yang banyak mengkaji kisah kisah masa lalu. Laki laki itu terkejut karena
pasir itu mengandung berlian bernilai tinggi dan berlian itulah yang selama ini
dicari cari oleh Ali Hafiz. Ali Hafiz membuang uang, waktu, dan tenaga untuk
pergi mencari berlian sedangkan berlian yang berharga berada di ladangnya, di
depan matanya. Atas hasil temuan itu, kebun yang mulanya dimiliki Ali Hafiz
berganti menjadi pertambangan berlian yang besar yang saat ini dikenal dengan
pertambangan Golcanda.
Umat islam pada
saat ini dapat diberatkan seperti Ali Hafiz. Mereka tidak menyadari agama Islam
adalah pertambangan berlian yang tidak ada bandingannya dibandingkan dengan
ajaran agama lain. Mereka pergi mencari kemuliaan dengan mengikuti budaya
asing. Mereka mengangumi isme isme lain yang bertentangan dengan islam dan
bangga mengikuti cara hidup matrealisme, liberalism dan selainnya. Akhirnya, mereka lemah dan hancur. Jika
keadaan sudah terlambat, baru mereka sadar bahwa kemuliaan, kebanggaan,
keunggulan dan kebahagiaan yang dicari selama ini ada dihadapan mata mereka
yaitu Islam.
Dalam Surat Al
Baqarah ayat 211 Allah berfirman, “Barang siapa yang menukar nikmat Allah
setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras
siksaan-Nya.” Di dalam kitab Al Asas fit Tafsir, Said Hawaa berkata, “Nikmat
yang paling besar yang dikaruniakan Allah kepada kita adalah ayat ayat dan aturanNya.
Itulah berlian yang kita menuntun manusia menuju cahaya terang. Al –Qur’an
dalam hal ini menjadikan manusia dari gelap menuju terang benderang. Artinya
Apabila umat islam mengabaikan nikmat nikmat itu, mereka menjadi golongan
golongan yang merugi.
Sebenarnya,
golongan yang berhasil adalah golongan yang tidak melupakan peringatan Allah.
Allah berfirman dalam surat Tha ha ayat 124, “Siapa saja yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya
pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.”
Semoga kita
senantiasa termotivasi untuk mempelajari ayat suci al-qur’an dan tentunya mengamalkannya.
Amin …