Mengajarkan Ilmu dengan Mudah
Hasanudin
Abdurakhman – detikNews
Jakarta - Tak mudah menjadi guru itu. Kalau mudah, tentu setiap orang adalah guru.
Sudah menjadi guru pun, ternyata tak semua guru bisa mengajar dengan baik. Kita
semua punya guru favorit, disukai banyak murid, karena ia pandai mengajar,
membuat kita mudah paham.
Setiap
individu, dalam berbagai kesempatan sebenarnya berada dalam posisi harus
menjadi guru, harus mengajarkan sesuatu. Tapi sebagaimana guru-guru di sekolah,
ada orang yang sanggup jadi guru yang baik, ada yang tidak. Sering orang
berdalih, dia tidak berbakat jadi guru. Tapi sering kali yang terjadi adalah,
tidak ada keinginan untuk mengajarkan sesuatu dengan baik.
Bagaimana
mengajarkan sesuatu dengan mudah?
Pertama, kita
sendiri harus menguasai bahan yang hendak kita ajarkan. Kalau bagian ini
terpenuhi, kita mungkin sudah melampaui lebih dari 50% kebutuhan untuk
mengajarkan sesuatu dengan mudah. Masalah terbesar para pengajar adalah, mereka
tidak menguasai materi. Paham, tapi hanya sebagian. Itulah sebabnya penjelasan
dari para ahli biasanya mudah kita cerna.
Yang
terpenting dalam hal ini bukan soal pintar atau tidak, tapi soal empati. Coba
bayangkan bagaimana kita menjelaskan suatu hal kepada anak kecil. Apa yang kita
lakukan? Kita akan mulai menjelaskan dari hal yang sudah dia pahami, memakai
kosa kata sederhana, sesuai perbendaharaan kata yang sudah dia miliki. Prinsip
ini berlaku bagi pengajaran di semua tingkat. Karena itu, ketika kita hendak
mengajar, kita perlu mengenali siapa yang hendak kita ajar. Pengenalan latar
belakang pendengar adalah salah satu komponen penting dalam analisis kebutuhan
training.
Langkah
berikutnya adalah menyiapkan berbagai metode untuk membuat orang paham. Sering
kali diperlukan penjelasan melalui berbagai pendekatan atau sudut pandang. Di
sinilah penguasaan materi berperan. Orang yang paham materi secara utuh, dapat
melihat masalah dan menjelaskannya dari berbagai sudut pandang. Ia akan dengan
mudah dapat membangun analogi, simulasi, atau pemodelan, yang membuat orang
mudah memahami masalah yang dibahas.
Hambatan
terbesar dalam pengajaran adalah ketiadaan keinginan untuk mengajarkan. Banyak
orang berpengetahuan yang menganggap hanya dia yang bisa menguasai sesuatu, sehingga
enggan mengajarkan pada orang lain. Orang lain dia anggap tak akan bisa
menguasai pengetahuan itu. Ada pula yang takut tersaingi, orang yang dia ajari
kelak menjadi lebih ahli.
Mendidik dan
mengajari adalah bagian yang sangat penting dalam kepemimpinan. Kepemimpinan
yang sukses salah satu ukurannya adalah keberhasilan sang pemimpin mendidik
kader-kader, dengan keahlian setara dengan dirinya, atau lebih tinggi. Tidak
sedikit pemimpin yang gagal memahami aspek ini. Mereka mengira, menjadi
pemimpin hebat itu adalah kalau ia bisa berdiri bak menara tinggi, di tengah
orang-orang yang tak mampu menyamainya, sehingga ia menjadi sangat menonjol.
Singkat kata,
mengajar itu sebenarnya adalah soal menjadi tunduk merunduk, merendahkan diri
di hadapan orang-orang yang menjadi tujuan kita berbagi. Seperti kita duduk
bersama anak-anak, menjadikan pandangan mata kita sejajar dengan mereka, lalu
mulai berkomunikasi dengan empatik.
*) Hasanudin Abdurakhman adalah cendekiawan, penulis dan kini menjadi seorang profesional di perusahaan Jepang di Indonesia.
*) Opini ini adalah pandangan dan tanggung jawab penulis, bukan merupakan
pandangan redaksi detikcom.
(nwk/nwk)
mantap ilmunya
ReplyDeleteMakasih gan
Delete