Pondok Ilmu Pengetahuan

Tuesday, November 15, 2016

Lopis Raksasa



Tradisi Lopis Raksasa Tak Bisa Dihilangkan
Radar Pekalongan - July 14, 2016



BEREBUT – Warga dari Pekalongan, dan sekitarnya berebut lopis raksasa di Krapyak gang 8. Tradisi Syawalan dan lopis raksasa harus terus dilestarikan.
M. AINUL ATHO’/RADAR PEKALONGAN

Sempat Beredar Isu Tak Ada Lopis Raksasa
KOTA – Ribuan warga dari Pekalongan dan sekitarnya, langsung menyerbu lopis raksasa setinggi 177 sentimeter usai rombongan Walikota dan FKPD meninggalkan lokasi, Rabu (13/7).

Mereka rela berdesakan demi mendapatkan potongan lopis. Bahkan bambu hingga daun yang digunakan untuk membungkus lopis.

Tradisi berebut potongan lopis raksasa, sudah berjalan selama puluhan tahun. Sempat beberapa kali tidak dibuat atau berpindah lokasi pembuatan, lopis raksasa kembali lagi dibuat dan dikelola oleh panitia di Remaja Musholla Darunna’im di Krapyak gang 8.

Tahun ini pun, sempat beredar isu di masyarakat yang mengatakan bahwa lopis raksasa ditiadakan. Sebabnya, kondisi banjir rob yang selama beberapa bulan terakhir menggenangi wilayah utara termasuk Krapyak.

“Sempat muncul kabar burung yang menyebutkan lopis tidak ada karena banjir rob. Dalam kesempatan ini kami jawab, benar krapyak banjir, tapi banjir lopis,” kata perwakilan panitia, M Rokhul Isti saat menyampaikan laporannya.

Menurut Rokhul, syawalan dan lopis terlahir dari gagasan para pendahulu, dan para kyai yang kemudian tumbuh menjadi tradisi dengan nilai luhur yakni saling memaafkan dan silaturahmi saat Syawalan. “Lopis raksasa tidak akan pernah mati. Lopis raksasa is everything,” tegas dia lagi.

Syawalan dan lopis raksasa, lanjut Rokhul, merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dia menyatakan, masyarakat Kota Pekalongan sudah seharusnya merasa bangga karena memiliki sebuah tradisi yang kental dengan nuansa religi. “Harapannya, generasi kedepan terus ikut melestarikan, dan menjaga bersama tradisi ini,” katanya.
Hal yang sama disampaikan sesepuh Krapyak, KH Zaenudin Ismail.

Saat menyampaikan sambutan, dia menyatakan bahwa ada tiga tradisi religi di Kota Pekalongan yang tidak dapat dihilangkan. Yakni tradisi Sya’banan, tradisi Syawalan dan tradisi lopis raksasa. Ketiganya, kata Kyai Zaenudin, muncul dari sejarah yang panjang.

“Lopis mulai muncul pada tahun 1950an atau tepatnya 1956. Lopis raksasa dicetuskan tokoh masyarakat, dan pemuda di Krapyak. Saya ingat beberapa diantaranya seperti Ismail, Sanafi, Khanafi, Nurhan dan Anas,” tuturya.

Dibuatnya lopis raksasa, lanjut Kyai Zaenudin, karena masyarakat yang melihat banyaknya warga yang bertamu, dan berkunjung ke Krapyak saat Syawalan. Melihat hal itu, dibuatlah lopis raksasa untuk menjamu warga yang berkunjung. “Lopis ini awalnya dipotong oleh tokokh masyarakat, Lurah, Camat hingga Walikota,” katanya.
Keikhlasan masyarakat Krapyak dalam membuat lopis raksasa, membuat lopis raksasa selalu kembali ke lokasi awal pembuatannya. Padahal, lopis raksasa sempat berpindah-pindah lokasi pembuatan, meskipun masih di lingkungan Krapyak. “Sempat muter kemana-mana tapi akhirnya kembali lagi kesini,” ucapnya lagi.

Sementara itu, Walikota Pekalongan, A Alf Arslan Djunaid juga mengaku bahwa memang penyelenggaraan lopis raksasa kali ini sempat diganggu rob. Namun berkat kerjasama masyarakat, Pemkot hingga DPRD, dapat dilakukan penanganan darurat sehingga dapat meminimalisir banjir rob yang terjadi. “Berbagai produk dan tradisi asli Pekalongan harus terus dilestarikan,” ucapnya.

Mengenai penangaan rob yang akan dilakukan, Walikota menjelaskan bahwa sudah ada anggaran sebesar Rp50 miliar dari provinsi dan akan diberikan dana pendampingan dari Pemkot Pekalongan sebesar Rp20 miliar dan dari APBN pusat sebesar Rp30 miliar. Melalui anggaran tersebut, akan dilakukan berbagai langkah penanganan yang komperhensif.

Usai pemotongan lopis di gang 8, Walikota dan rombongan FKPD bergeser untuk melakukan pemotongan lopis raksasa di Krapyak gang satu dan tiga (Saga).(nul)

Larung Kepala Kerbau, Bentuk Rasa Syukur Nelayan Batang
Radar Pekalongan - Rabu, 26 Oktober 2016

BATANG - Sebanyak 20 Kapal milik nelayan dan Polisi Air yang berisi ratusan orang pada Selasa (25/10) ikut serta melakukan prosesi Nyadran. Prosesi tersebut berupa pelarungan sesaji untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah atas hasil laut yang melimpah.’

Prosesi Nyadran itu sendiri dilaksanakan oleh panitia yang terdiri dari para nelayan dan semua elemen masyarakat yang berkecimpung di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Klidang Lor, Batang. Nyadran atau sedekah laut ini berisi persembahan dua Kepala kerbau, satu di tanam di daratan dan satunya lagi untuk dilarung bersama hasil bumi ke tengah laut.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Batang, Teguh Tarmujo menuturkan, masyarakat sekitar percaya dengan dilarungnya kepala kerbau, maka hasil tangkapan mereka akan melimpah. Pada kegiatan itu mereka juga manaruh harapan agar selama berada di laut bisa diberikan keselamatan hingga sampai kembali ke darat.

“Nyadran atau Sedekah Laut ini merupakan tradisi yang sudah ada pada ratusan tahun yang lalu. Kegiatan ini diadakan setiap tahunnya yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas rejeki dan keberkahan yang telah diterima dari hasil laut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, juga agar dijauhkan dari berbagai macam cobaan dan bahaya ketika melakukan aktifitas di laut, sehingga saat kembali pulang melaut juga dalam keadaan selamat," jelas Teguh.

Teguh berharap agar setelah acara Nyadran para Nelayan tetap diberikan rejeki yang halal dari hasil laut. Selain itu, dirinya juga berharap agar pemerintah bisa memberikan kebijakan yang menunjang terhadap kesejahteraan nelayan, supaya nelayan dapat merasa nyaman dalam menjalankan aktifitasnya dilaut.

Untuk acara itu sendiri panitia menyiapkan anggaran Rp60 juta yang didapat dari iuran nelayan, dari sumbangan HNSI, serta ada sumbangan dari Himpunan Bakul Ikan, dan juga para pemilik kapal.

Camat Batang, Drs Supriyono MSi menambahkan, selama ini para nelayan tidak menanam benih ikan di laut, namun selalu diberi hasil tangkapan dengan begitu melimpah. "Sehingga melalui kegiatan ini kita ingin mensyukuri nikmat itu dengan memberi makan ikan disana," tandasnya. (ap6)


Fenomena Artikel diatas. Menurut Anda, Apa yang menyebabkan masyarakat tetap melestarikan tradisi dan tradisinya tidak akan pernah mati?

Bagaimana Penilaianmu terhadap fenomena masyarakat yang memiliki tradisi di artikel diatas?
a.    Setuju/Baik
b.    Tidak Setuju/Buruk

Menurut Anda, Bagaimana Cara Dakwah dengan kondisi masyarakat yang memiliki tradisi di artikel diatas?


Hedonic Treadmill



“Hedonic Treadmill”
Pertanyaannya : Kenapa makin tinggi income seseorang, ternyata makin menurunkan peran uang dalam membentuk kebahagiaan?

 Kajian-kajian dalam ilmu financial psychology menemukan jawabannya, yang kemudian dikenal dengan nama “hedonic treadmill”.

Gampangnya hedonic treadmill ini adalah seperti ini : saat gajimu 5 juta, semuanya habis. Saat gajimu naik 30 juta per bulan, eh semua habis juga.

Kenapa begitu? Karena ekspektasi dan gaya hidupmu pasti ikut naik, sejalan dengan kenaikan penghasilanmu.

Dengan kata lain, nafsmu untuk membeli materi/barang mewah akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan income-me. Itulah kenapa disebut hedonic treadmill : seperti berjalan diatas treadmill, kebahagiaanmu tidak maju-maju. Sebab nafsu-mu akan materi tidak akan pernah terpuaskan.

Saat income 10 juta/bulan, naik Avanza. Saat income 50 juta/bulan naik Alphard. Ini mungkin salah satu contoh sempurna tentang jebakan hedonic treadmill.

Hedonic treadmill membuat ekspektasimu akan materi terus meningkat. Itulah kenapa kebahagiaanmu stagnan, meski income makin tinggi. Sebab harapanmu akan penguasaan materi juga terus meningkat sejalan kenaikan income-mu.

Ada eksperimen menarik : seorang pemenang undian berhadiah senilai Rp 5 milyar dilacak kebahagiaannya 6 bulan setelah ia mendapat hadiah.

Apa yang terjadi ? Enam bulan setelah menang hadiah 5 milyar, level kebahagiaan orang itu SAMA dengan sebelum ia menang undian berhadiah.

Itulah efek hedonic treadmill : karena nafsumu terus meningkat, kebahagiaanmu seolah berjalan di tempat, meski income melompat 10 kali lipat. Atau bahkan dapat hadiah 5 milyar.

Jadi apa yang harus dilakukan agar kita terhindar dari jebakan hedonic treadmill? Lolos dari jebakan nafsu materi yang tidak pernah berhenti?

Disinilah relevan untuk terus mempraktekkan  gaya hidup yang sederhana yang bersahaja : sekeping gaya hidup yang tidak silau dengan gemerlap kemewahan materi.

Prinsip hedonic treadmill adalah : more is better. Makin banyak materi yang kamu miliki makin bagus. Jebakan nafsu yang terus membuai. Makin banyak mobil yang kamu miliki, makin bagus. Makin banyak properti yang kamu beli makin tajir. Godaan nafsu kemewahan yang terus berkibar-kibar.
Pola hidup Sederhana menurut Islam : Bagi orang orang yang memiliki cita cita, Khususnya menyangkut kepentingan umat, Mengetrapkan pola hidup sederhana sangat mutlak diperlukan.

Contoh :
1.      Adanya wabah penyakit di masyarakat
2.      Adanya penyakit moral yang telah mengganas di masyarakat
3.      Adanya penindasan atau ketidakadilan di masyarakat
Untuk membebaskan masyarakat dari keganasan penyakit, tentunya diperlukan biaya yang sangat besar, mungkin akan melibatkan kerja secara gotong royong. Semakin besar masyarakat yang terserang penyakit, semakin besar biaya pengeluarannya.

Mereka yang memiliki kesadaran terjadinya penularan wabah, dapat membunuh seluruh penduduk, lalu bertekad untuk berjihad melawan wabah, melepaskan masyarakat dari wabah penyakit. Harusnya sedia berkorban dengan harta dan jiwanya, seperti tokoh Mei Shin dalam cerita Tutur Tinular dan Mahat Magandhi yang membebaskan rakyat india dari penjajahan inggris . Kalau dalam sejarah Islam kita bisa meyaksikan perjalanan kehidupan Nabi Muhammad pada masa kecilnya senantiasa ditimpa oleh penderitaan baik material ataupun kasih sayang. Setelah Menikah dengan khadijah, beliau menjadi jutawan besar. Pada Usia 40 tahun beliau menerima perintah Allah untuk menyembuhkan penyakit Quraisy.

Seluruh hartanya disumbangkan demi cita citanya, lalu beliau hidup secara sederhana, sampai umar bin khattab pernah menangis iba menyaksikan kesederhanaan Rasulullah, beliau tidur pada tikar yang kasar, sampai berbekas pada punggungnya. Dengan pengorbanan hartanya dan harta seluruh orang orang yang mengikuti jejaknya, berhasil menumpaskan penyakit kemusyrikan yang telah melanda umat islam selama ratusan tahun.

Membangun pola hidup sederhana demi cita cita, tidak sama dengan membangun pola hidup miskin. Islam sangat menentang kemiskinan dan orang orang yang suka hidup dalam kemiskinan. Sikap Allah ini dapat dilihat dari Perintah PerintahNya kepada umat Islam agar mereka berpikir, bekerja keras, jangan kawin kalau tidak mampu, dan berikan sebagian harta baik infak dan zakat. Sebaliknya Islam melarang pola hidup berlebihan, memboros boroskan harta, membelanjakan harta untuk kebutuhan kebutuhan sekunder, acuh tak acuh terhadap problematika social bahkan dalam kondisi tertentu. Allah mengutuk orang yang mengaku Islam tapi tidak memberikan harta demi tegaknya kebenaran.

Jadi pola hidup sederhana ini adalah orang yang memahami arti dan kepekaan terhadap hidup dan kondisi kehidupan. Mereka sadar bahwa fitrah manusia senantiasa berjalan menuju kebahagiaan, untuk mencapai kebahagiaan harus melalui kerja keras, tanpa kerja keras kebahagiaan tersebut tidak akan tercapai. Nilai kebahagiaan itu ditentukan oleh nilai dan kekerasan mereka dalam bekerja. pada sisi lain mereka juga menyadari bahwa kondisi social tidak menentu. Terkadang dapat menjadi penunjang, penghambat dan penghancur kebahagiaan yang memerlukan penanganan juga. Lalu mereka membuat keseimbangan pola hidupnya dengan didasari oleh pertimbangan keadaan pribadi dan keadaaan social.
 Apabila wabah social sudah sangat parah, memiliki energy besar dalam menghancurkan umat. Maka mereka tidak segan segan memberikan sebagian besar hartanya dan hidup sederhana sekali demi hancurnya wabah penyakit social.
Juga harus didasari bahwa penentu bentuk pola hidup sederhana pada masing masing pribadi agak sulit, karena penetapan pembiayaan, penanggungan wabah dan kebutuhan kebutuhan pribadi khususnya yang bersifat primes tidak sama. Tetatapi apabila bertekad untuk mengetrapkan maka akan terbentuk pola hidup sederhana yang terwujud universal. (Ulul Albab Ust. Iskandar Al warisy Hal 375 – 361 “Pola hidup Sederhana)

Pola hidup sederhana, ditinjau dari aspek pengeluarannya :
PEMASUKAN = PENGELUARAN INDIVIDU SECARA PRIMER + PENGELUARAN SOSIAL SECARA PRIMER