Pondok Ilmu Pengetahuan

Tuesday, April 28, 2015

INSPIRASI



Antara Dia dan Kita

Lelaki renta itu,  dengan kehalusan hatinya ingin ber-Islam
menjadi sebab turunnya ayat.

‘Abasa watawalla', Rasul pun ditegur Allah karenanya. seorang miskin lagi buta, bukan berarti tak lebih utama dari para pemuka negara
 
Lelaki renta itu, pernah minta keringanan untuk tidak ikut sholat berjamaah di masjid

karena dia buta

karena dia sebatang kara

karena masjid jauh sekali dari rumahnya

tapi tanya Rasul, “Apakah engkau masih mendengar adzan?”

saat dijawabnya masih, maka kata Rasul, “Kalau begitu, berangkatlah”

lalu, tunduk patuh ia pada perintah

sekali pun tak pernah ia sanggah

tiap sholat lima waktu sholat berjamaah

meski fajar masih pekat dan jarak masjid tak dekat, ia meraba-raba dalam gelap
hingga suatu saat, kakinya tersandung bongkahan batu 

badannya terjerembab jatuh,
 
mukanya tersungkur di runcingnya batu

berdarah-darah…

setelahnya, selalu datang seorang lelaki menuntunnya dengan ramah pergi dan pulang sholat berjamaah
 
setiap hari, setiap lima waktu hingga suatu saat lelaki tua ingin sekali tahu siapa gerangan lelaki penolongnya itu
 
karena ingin ia doakan atas kebajikannya selama ini tapi kata lelaki muda''

“Jangan sekali-kali kau doakan aku dan jangan sekali-kali kau ingin tahu namaku karena aku adalah iblis”

sontak lelaki renta itu terkejut,

“Bagaimana mungkin engkau menuntunku ke masjid, sedangkan dirimu menghalangi manusia untuk mengerjakan sholat?”
 
Iblis menjawab,
“Ingatkah dulu saat kau hendak sholat subuh berjamaah, kau tersandung batu, lalu bongkahannya melukai wajahmu?
 
Pada saat itu aku mendengar ucapan Malaikat, bahwa Allah telah mengampuni setengah dosamu.
 
Aku takut kalau engkau tersandung lagi, lalu Allah menghapuskan setengah dosamu yang lain.
 
Maka aku selalu menuntunmu ke masjid dan mengantarkanmu pulang.”
Lalu, saat tubuh itu merenta  makin menua dimakan usia datang seruan perang Qaddisiyah

Sang khalifah Umar mengumpulkan segenap lelaki dari seluruh penjuru negri
terselip ia, berbaris bersama ingin sekali ikut berperang di medan laga 

demi cita-cita mulia

Khalifah Umar melarangnya
 
bagaimana seorang buta lagi renta, akan ikut berperang?

bagaimana jika dia langsung celaka terkena tombak?

atau justru mencelakai temannya karena tak mampu mengenali sesiapa?

Tapi, lelaki tua itu bersikukuh,

“Tempatkan aku di antara dua pasukan yang berperang

Aku akan membawa panji kemenangan

Aku akan memegangnya erat-erat untuk kalian.

Aku buta, karena itu aku pasti tak akan lari”

Khalifah, tak lagi mampu menghalangi

Lalu semuanya, berangkatlah

lekaki tua itu ingin menepati janjinya dengan baju besi yang dikenakannya dan bendera besar yang dibawanya

dia berjanji akan mengibarkannya senantiasa, atau mati terkapar di sampingnya lewat pertempuran Qaddisiyah

Persia yang congak pun kalah tapi kemengangan itu tak murah dibayar dengan nyawa ratusan syuhada terselip di antara mereka

jenazah lelaki tua terkapar berlumuran darah sambil memeluk erat sebuah bendera

sungguh, dia telah menepati janjinya

wahai lelaki mulia,

sesak dadaku membaca kisah hidupmu menyungai sudut mataku mengenangmu
engkau buta, sebatangkara dan renta tapi itu tak membuatmu pasrah dan diam meski udzur telah membolehkanmu. untuk tak kemana-mana, di rumah saja
 
Lalu, bagaimana dengan diriku ini?

aku masih muda,

aku bukan fuqara

aku tak buta

jua tak sebatangkara

tapi kenapa,

sering sekali ada alasan mendera untuk tak bersegera?
 
Lelaki sepertimu, dengan segala keterbatasan terus mencari-cari alasan agar mampu mengambil peran dlm prbaikan masyarakat..
 
sedang aku, kita dengan segala kemudahan sering mencari-cari alasan agar boleh tak ikut berperan dlm perbaikan masyarakat..
 
Lalu, dengan apa akan kita buktikan bahwa kita ini Islam?

~Belajar darinya, Abdullah bin Ummi Maktum

RENUNGAN

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

PURNAMA MALAM INI

Hari minggu adalah hari libur. Mungkin bagi sebagian orang itu hanya mitos. Sama halnya seperti saya si studyholic, yang setiap pagi-siang-sore-malam bergelayutan dengan realitas-realitas manajerial, konsep-perencanaan, dan berbagai kegiatan lainnya. Jenuh? Pasti. Iya. Tapi di tengah kejenuhan itu saya merasakan lelah yang begitu nikmat. Lebih nikmat dari pahitnya kopi di pagi hari.

Hujan, angin, mengunjungi bumi Surabaya siang tadi. Di tengah kesibukkan, berbagai aktivitas rumahan dilakukan dengan cekatan. Angkat jemuran. Yah..., terkadang merasa waktu begitu kurang, karena banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan. Bahkan sekadar untuk angkat jemuran. Harus penuh kecepatan.

Hujan..., musim penghujan telah berbulan terlampaui. Sudah menjadi keniscayaan, berbagai kisah banjir menggaungi media massa. Pun cerita para begal dan para kriminal juga tidak mau kalah eksis. Tapi Maret telah berjalan, 'kan berganti April, kemudian Mei, kemarau telah tiba.

Kadangkala, teringat ocehan, ucapan, keluhan para penanti hujan di bulan November-Desember lalu. "Mengapa hujan tak kunjung datang?"
Kini hujan telah datang, mereka pun kesal dengan lantang, apabila kehujanan. Kemarau pun 'kan datang, hujan 'kan pulang. Sambutan-sambutan dahulu akan hujan datang, tapi tak ada sambutan hujan yang 'kan pulang. Dari kunjungannya di pijakan kaki kita.

Sekali lagi kukatakan, kemarau telah dekat. Purnama malam ini, menebar pesona senyumnya di langit timur. Sungguh! Untuk ke sekian kalinya dia sukses membuatku terpesona. Dalam dekapan cahaya yang berpendar di langit. Halo. Mengalihkan pandang dan duniaku sekejap. Sungguh, hanya Yang Maha Kuasa, yang mampu menciptakan cantiknya purnama malam ini.

Segala lelah, jenuh, berhari-hari pikiran dan perasaan tergerus aktivitas. Luluh dalam pesona ciptaan dari Sang Pencipta. Sungguh nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan. Kemarau 'kan datang, hujan 'kan pulang. Apalagi yang kau keluhkan?

Hidup adalah perjalanan, seperti kemarau dan hujan. Purnama malam ini menjadi sebuah pertanda untuk senantiasa mengingat usia. Bahwa waktu pun telah berlalu, musim pun berganti. Tetap berjuang di perjalanan usia ini. Menciptakan karya, persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebelum tutup usia.

Minggu, 8 Maret 2015

INSPIRASI



BELAJAR DARI BAN

Seorang anak memperhatikan ayahnya yang sedang mengganti ban mobil mereka. "Mengapa ayah mau repot-repot mengerjakan ini dan tidak memanggil orang bengkel saja untuk mengerjakannya?" tanya si bocah dengan penasaran.

Sang ayah tersenyum. "Sini, nak, kau lihat dan perhatikan. Ada enam hal tentang ban yang bisa kita pelajari untuk hidup kita," katanya sambil menyuruh sang bocah duduk di dekatnya. "Belajar dari ban?" Mata sang anak membelalak.
"Lebih pintar mana ban ini daripada bu guru di sekolah?"

Sang ayah tertawa. "Gurumu tentu pintar, Nak. Tapi perhatikan ban ini dengan segala sifat-sifatnya. Pertama, ban selalu konsisten bentuknya. Bundar. Apakah dia dipasang di sepeda roda tiga, motor balap pamanmu, atau roda pesawat terbang yang kita naiki untuk mengunjungi kakek-nenekmu. Ban tak pernah berubah menjadi segi tiga atau segi empat."

Si bocah mulai serius. "Benar juga ya, Yah. Terus yang kedua?"

"Kedua, ban selalu mengalami kejadian terberat. Ketika melewati jalan berlubang, dia dulu yang merasakan. Saat melewati aspal panas, dia juga yang merasakan. Ketika ada banjir, ban juga yang harus mengalami langsung. Bahkan ketika ada kotoran hewan atau bangkai hewan di jalan yang tidak dilihat si pengemudi, siapa yang pertama kali merasakannya?" tanya sang ayah.
"Aku tahu, pasti ban ya, Yah?" jawab sang bocah antusias.

"Benar sekali. Yang ketiga, ban selalu menanggung beban terberat. Baik ketika mobil sedang diam, apalagi sedang berjalan. Baik ketika mobil sedang kosong, apalagi saat penuh penumpang dan barang. Coba kau ingat," ujar sang ayah. Si bocah mengangguk.

"Yang keempat, ban tak pernah sombong dan berat hati menolak permintaan pihak lain. Ban selalu senang bekerja sama. Ketika pedal rem memerintahkannya berhenti, dia berhenti. Ketika pedal gas menyuruhnya lebih cepat, dia pun taat dan melesat. Bayangkan kalau ban tak suka kerjasama dan bekerja sebaliknya? Saat direm malah ngebut, dan saat digas malah berhenti?"

"Wow, benar juga Yah," puji sang bocah sambil menggeser duduknya lebih dekat kepada sang ayah.

"Nah, sifat kelima ban adalah, meski banyak hal penting yang dilakukannya, dia tetap rendah hati dan tak mau menonjolkan diri. Dia biarkan orang-orang memuji bagian mobil lainnya, bukan dirinya."
"Maksud ayah apa?" tanya si bocah bingung.
"Kamu ingat waktu kita ke pameran mobil bulan lalu?" tanya sang ayah disambut anggukan sang bocah.
"Ingat dong, Yah, kita masuk ke beberapa mobil kan?"

"Persis," jawab sang ayah. "Biasanya di show room atau pameran mobil, pengunjung lebih mengagumi bentuk body mobil itu, lalu ketika mereka masuk ke dalam, yang menerima pujian berikutnya adalah interior mobil itu. Sofanya empuk, AC-nya dingin, dashboardnya keren, dll. Jarang sekali ada orang yang memperhatikan ban apalagi sampai memuji ban. Padahal semua kemewahan mobil, keindahan mobil, kehebatan mobil, tak akan berarti apa-apa kalau bannya kempes atau bocor."

"Wah, iya ya, Yah, aku sendiri selalu lebih suka memperhatikan kursi mobil untuk tempat mainanku."

Sang ayah selesai mengganti bannya, dan berdiri menatap hasil kerjanya dengan puas. "Yang keenam tentang ban adalah, betapa pun bagus dan hebatnya mobil yang kau miliki, atau sepeda yang kau punya, atau pesawat yang kita naiki, saat ban tak berfungsi, kita tak akan bisa kemana-mana. Kita tak akan pernah sampai ke tujuan."
Sang anak mengangguk-angguk.

Sang ayah menuntaskan penjelasannya, "Jadi saat kau besar kelak, meski kau menghadapi banyak masalah dibanding kawan-kawanmu, menghadapi lumpur, aspal panas, banjir, atau tak mendapat pujian sebanyak kawan-kawanmu, bahkan terus menanggung beban berat di atas pundakmu, tetaplah kamu konsisten dengan kebaikan yang kau berikan, tetaplah mau bekerja sama dengan orang lain, jangan sombong dan merasa hebat sendiri, dan yang terpenting, tetaplah menjadi penggerak di manapun kau berada. Itulah yang ayah maksud dengan hal-hal yang bisa kita pelajari dari ban untuk hidup kita."
------------------------

INSPIRASI



Cerita Inspiratif Reuni Alumni

Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni menjumpai guru sekolah mereka dulu. Melihat para alumni tersebut beramai ramai membicarakan kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke dapur dan mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yg brbeda2. Mulai dari cangkir yg terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik.

Kemudian guru tersebut menyuruh para alumni untuk mengambil cangkir dan mengisinya dengan kopi. Setelah itu guru berkata. ?? "Perhatikanlah, bahwa kalian semua memilih cangkir yang bgus, dan kini yang tersisa hanyalah cangkir murah dan tak menarik. Memilih hal terbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun persoalanya, ketika kalian tidak medapat cangkir yang bgus, perasaan kalian mulai terganggu. Kalian secara otomatis mlihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkanya. Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya, melainkn kopinya"

Hikmah

Dalam analogi tsb, hidup kita seperti kopi, sedangkn cangkirny adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang kita miliki.

Jangan pernah membiarkn cangkir mempengaruhi kopi yg kita nikmati. Sebab cangkir bukanlah yang utama. Kwalitas kopi itulah yg trpenting.

Jangan berpikir bahwa kekayaan melimpah, karier yang bagus, prkerjaan yang mapan, dan keluarga yg komplit merupakan jaminan kebahagian. Terus terang, itu adalah konsep hidup yg sangat keliru.kwalitas hidup kita ditentukan oleh "apa yg ada di dalam diri kita" bukan "yg tampak dr luar" apa guna miliki segalanya tanpa merasakan kebermaknaan, dan suka cita dlm hdup? itu sangat menyedihkan, sama sperti kita menikmati kopi basi yang disajikan dalam cangkir kristal yg mewah dan mahal.

Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kwalitas kopinya.

Kunci menikmati hidup bukanlah pada brapa tinggi kedudukan dan banyak harta kita, tetapi seberapa tinggi kwalitas kebermaknaan kita dan brapa banyak optimalisasi diri dalam berperan untuk perbaikan masyarakat

INSPIRASI



Cerita Inspiratif Seorang Pekerja Kelas Bawah Yang Berhasil Menjadi Direktur Perusahaan Minyak Kelas Dunia

Nasib seorang manusia tidak bisa ditebak. Ada yang bernasib buruk adapula yang bernasib baik.Begitupun jalan hidup seseorang, ada yang melewatinya dengan penuh liku, hinaan & cercaan, bahkan ada yang mulus tanpa hambatan hingga dia selamat sampai tujuan. Kita kerapkali disajikan dengan kisah-kisah inspiratif tentang perjalanan orang-orang suksesyang berhasil menempuh perjalanan panjang dan berlubang, hingga dia sampai pada posisi mereka sekarang. Harta yang melimpah, dihormati banyak orang lengkap dengan simbol kesuksesan yang berhasil diraihnya. Seperti cerita yang akan disajikan berikut ini.

Pemuda Pekerja Kelas Bawah
Tersebutlah seorang pemuda miskin, bertempat tinggal di negara Arab. Dia bekerja sebagai pekerja rendahan di salah satu perusahaan minyak terkemuka di sana. Hari demi hari dia lalui dengan bekerja keras sebagai buruh, gajinya tidak seberapa, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sampai suatu hari dia merasa kehausan, sangat haus, kita bisa membayangkan betapa panas dan gersangnya di Arab sana. Dia melihat ada botol air minum di meja, iapun bergegas meminumnya, namun sebelum air menyentuh bibirnya, dia tersentak dengan teriakan seorang insinyur. Heh, jangan kau minum air itu, air ini khusus untuk insinyur. Hentak seorang Insinyur orang Amerika. Betapa sakit hatinya mendengar teriakan Sang Insinyur. Dirinya merasa terhina, hanya karena dia seorang pekerja rendahan, dia tidak bisa meminum segelas air, padahal dia sangat haus. Pemuda itupun bergumam apakah karena aku pekerja rendahan dan dia insinyur, sehingga aku tidak boleh meminum segelas air minum.

Sakit Hati Dijadikan Sebagai Motivasi
Hari demi hari dia jalani seperti biasa, bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun rupanya hinaan yang dia terima masih terngiang di kepalanya. Ada yang luar biasa dari si pemuda ini, dia menjadikan hinaan itu sebagai cambuk untuk memotivasinya untuk menjadi lebih baik. Tingkat pendidikan yang dia sandang saat itu hanya lulusan SD, namun itu tidak menjadikan ia patah semangat. Dia melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP dan SMA di malam hari. Ya, siang ia bekerja, malam hari dia pergi ke sekolah. Kerapkali ia mengalami kelelahan, namun tidak digubrisnya.

Sampai suatu hari, luluslah ia sebagai siswa lulusan SMA. Perusahaanpun terkesan dengan kerja kerasnya selama ini, akhirnya iapun mendapatkan beasiswa belajar ke Amerika, tidak hanya S1 dia mendapatkan beasiswa hingga S2. Singkat kata, ia lulus menyandang gelar S2 lulusan Universitas di Amerika. Ia dipanggil oleh perusahaan minyak dimana ia mengabdikan diri untuk kembali bekerja, namun tidak untuk menjadi pegawai rendahan, ia ditugaskan menggantikan posisi wakil direktur sebelumnya. Jabatan tertinggi yang bisa diduduki oleh orang lokal pada saat itu. Kini dia menjadi atasan dari seorang insinyur yang dulu pernah melarang dia meminum air.Ada kejadian yang sungguh mengharukan, ketika si pemuda dimintai ijin oleh insinyur orang Amerika itu, ia meminta ijin untuk libur “Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu”Bagi sebagian besar orang tentu akan berpikir untuk balas dendam atas sakit hati yang dialaminya. Namun sungguh mulia hati pemuda itu, dia tidak membalas sakit hatinya, melainkan berterima kasih atas hinaan yang didapatnya ketika itu. Dia berkata “Aku ingin berterimakasih padamu dari lubuk hatiku paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu. Benar, dulu aku benci padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamulah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini.”