Pondok Ilmu Pengetahuan

Thursday, January 29, 2015

EKONOMI



FORUM EKONOMI DUNIA
KRISIS AIR JADI ANCAMAN

Kota kecil Davos, Swiss mulai ramai sejak senin lalu. menjelang pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF). Kesibukan tampak mulai dari Bandara Internasional Zurich hingga Davos. Beberapa pembisnis dan pejabat Pemerintah Indonesia juga telah berdatangan. Salah satunya yang menarik menjelang pertemuan itu adalah diluncurkannya The Annual Report on Global Risk.

Sejak 2007, WEF membuat peringkat sejumlah risiko yang akan dihadapi dunia usaha setiap tahunnya dan membuat prediksi hingga beberapa tahun ke depan. Risiko bisnis yang akan dihadapi tahun ini berbeda drastic dengan risiko bisnis tahun lalu. Dari sisi risiko global yang akan berdampak terhadap kehidupan, terlihat bahwa peristiwa politik di sejumlah negara menjadi penyebab.

Dalam kategori itu, antara lain konflik antar negara, kegagalan mengelola negara, kehancuran negara, dan krisis politik di dalam negara, masuk dalam lima besar risiko global. Tahun lalu, prediksi risiko itu belum muncul. Tahun lalu, lima risiko global adalah ketimpangan pendapatan, perubahan iklim, pengangguran, cuaca ekstrem dan serangan siber. Hanya perubahan iklim globam yang masuh bertahan sebagai salah satu risiko tahun ini. 

Dalam kategori lima risiko yang akan berdampak pada tahun ini, krisis air menempati urutan teratas diikuti penyebaran penyakit infeksi, penggunaan senjata pemusnah masal, konflik antaranegara dan kegagalan melakukan adaptasi perubahan iklim. Tahun lalu, risiko tertinggi adalah krisis fiscal. Krisis air masih menempati urutan ketiga. 

Masalah menjadi rumit karena dalam prediksi 10 tahun ke depan, krisis air dan krisis pangan akan makin membesar. Dibandingkan dengan risiko yang lain, kedua risiko itu sejalan dengan kemanpuan adaptasi perubahan iklim yang sangat lemah. Risiko kegagalan melakukan adaptasi itu sendiri makin memperbesar meski sebenarnya ancaman langsung perubahan iklim masih tetap sama. 

Terkai dengan hal itu, ancaman bencana alam, kehilangan kekayaan alam hayati, ekosistem yang hancur, dan kerusakan lingkungan akibat ulah manusia akan meningkat.

Dengan melihat berbagai risiko itu, maka dinamika politik dan ekonomi relative tidak bergejolak keras pada 10 tahun mendatang. Akan tetapi, persoalan lingkungan akan membesar. Krisis air dan pangan boleh dibilang tidak tanpa pernyebab langsung. Kedua risiko itu muncul karena perubahan iklim dan kesalahan manusia dalam menggelola lingkungan. 

Begitu dilaporkan risiko global itu diluncurkan, Krisi air menjadi bahasan para ahli di dunia. Untuk pertama kalinya krisis air menjadi bahasan para ahli di dunia. Untuk pertama kalinya krisis air menjadi risiko teratas yang mengancam kehidupan manusia. 

Beberapa tanggapan mengatakan, problem krisis air terlambat diangkat WEF. beberapa tahun sebelumnya, krisis air masih berada di peringkat ke 120/ Tahun lalu, krisis air belum masuk dalam lima besar risiko.

Meski WEF baru dimulai , kita menunggu respon kalangan bisnis mengenai risiko risiko ini. Respon ini menarik karena tak jarang kalangan pebisnis dituduh sebagai penyebab utama kerusakan lingkungan. Korporasi beasr dunia kerap ditubuh mengekploitasi air membuat lingkungan kekeringan.

Akan tetapi, dengan melihat kompleksitas masalah global, isu krisis air malah bisa terpinggirkan dalam forum itu karena pebisnis lebih melihat dan mencari strategi terhadap persoalan lain seperti konflik antarnegara dan harga minyak yang terus turun. Analisis dari WEF sendiri mengakui, sejak beberapa tahun lalu, isu ekonomi makro dan politik lebih menonjol dibandingkan isu krisis air dan pangan.

(Andreas Maryoto, dari Davos)
Sumber : Kompas, 22 januari 2015

No comments:

Post a Comment