FORUM EKONOMI DUNIA
KRISIS AIR JADI ANCAMAN
Kota kecil Davos, Swiss mulai ramai sejak senin lalu.
menjelang pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF). Kesibukan tampak mulai dari
Bandara Internasional Zurich hingga Davos. Beberapa pembisnis dan pejabat
Pemerintah Indonesia juga telah berdatangan. Salah satunya yang menarik
menjelang pertemuan itu adalah diluncurkannya The Annual Report on Global Risk.
Sejak 2007, WEF membuat peringkat sejumlah risiko yang akan
dihadapi dunia usaha setiap tahunnya dan membuat prediksi hingga beberapa tahun
ke depan. Risiko bisnis yang akan dihadapi tahun ini berbeda drastic dengan
risiko bisnis tahun lalu. Dari sisi risiko global yang akan berdampak terhadap
kehidupan, terlihat bahwa peristiwa politik di sejumlah negara menjadi
penyebab.
Dalam kategori itu, antara lain konflik antar negara,
kegagalan mengelola negara, kehancuran negara, dan krisis politik di dalam
negara, masuk dalam lima besar risiko global. Tahun lalu, prediksi risiko itu
belum muncul. Tahun lalu, lima risiko global adalah ketimpangan pendapatan,
perubahan iklim, pengangguran, cuaca ekstrem dan serangan siber. Hanya
perubahan iklim globam yang masuh bertahan sebagai salah satu risiko tahun ini.
Dalam kategori lima risiko yang akan berdampak pada tahun
ini, krisis air menempati urutan teratas diikuti penyebaran penyakit infeksi,
penggunaan senjata pemusnah masal, konflik antaranegara dan kegagalan melakukan
adaptasi perubahan iklim. Tahun lalu, risiko tertinggi adalah krisis fiscal.
Krisis air masih menempati urutan ketiga.
Masalah menjadi rumit karena dalam prediksi 10 tahun ke
depan, krisis air dan krisis pangan akan makin membesar. Dibandingkan dengan
risiko yang lain, kedua risiko itu sejalan dengan kemanpuan adaptasi perubahan
iklim yang sangat lemah. Risiko kegagalan melakukan adaptasi itu sendiri makin
memperbesar meski sebenarnya ancaman langsung perubahan iklim masih tetap sama.
Terkai dengan hal itu, ancaman bencana alam, kehilangan
kekayaan alam hayati, ekosistem yang hancur, dan kerusakan lingkungan akibat
ulah manusia akan meningkat.
Dengan melihat berbagai risiko itu, maka dinamika politik
dan ekonomi relative tidak bergejolak keras pada 10 tahun mendatang. Akan
tetapi, persoalan lingkungan akan membesar. Krisis air dan pangan boleh
dibilang tidak tanpa pernyebab langsung. Kedua risiko itu muncul karena
perubahan iklim dan kesalahan manusia dalam menggelola lingkungan.
Begitu dilaporkan risiko global itu diluncurkan, Krisi air
menjadi bahasan para ahli di dunia. Untuk pertama kalinya krisis air menjadi
bahasan para ahli di dunia. Untuk pertama kalinya krisis air menjadi risiko
teratas yang mengancam kehidupan manusia.
Beberapa tanggapan mengatakan,
problem krisis air terlambat diangkat WEF. beberapa tahun sebelumnya, krisis
air masih berada di peringkat ke 120/ Tahun lalu, krisis air belum masuk dalam
lima besar risiko.
Meski WEF baru dimulai , kita menunggu respon kalangan
bisnis mengenai risiko risiko ini. Respon ini menarik karena tak jarang
kalangan pebisnis dituduh sebagai penyebab utama kerusakan lingkungan. Korporasi
beasr dunia kerap ditubuh mengekploitasi air membuat lingkungan kekeringan.
Akan tetapi, dengan melihat kompleksitas masalah global, isu
krisis air malah bisa terpinggirkan dalam forum itu karena pebisnis lebih
melihat dan mencari strategi terhadap persoalan lain seperti konflik
antarnegara dan harga minyak yang terus turun. Analisis dari WEF sendiri
mengakui, sejak beberapa tahun lalu, isu ekonomi makro dan politik lebih
menonjol dibandingkan isu krisis air dan pangan.
(Andreas Maryoto, dari Davos)
Sumber : Kompas, 22
januari 2015
No comments:
Post a Comment