KETIMPANGAN GLOBAL
SINYAL KUAT RESESI AKAN MUNCUL KEMBALI
Kembalinya pendapatan global semakin ekstrem. Ini antara
lain terlihat dari data menunjukan 1 persen warga dunia memiliki 48 persen
total kekayaan dunia. Ketimpangan lebih parah dan berdasarkan bukti empiris ini
menjadi salah satu sinyal menuju resesi.
Sinyal resesi itu muncul dalam laporan Credit Suisse Global
Wealth Report yang diluncurkan Minggu (18/1) di Zurich, Swiss. Dari laporan
itu, sekitar 70 juta warga dunia memiliki 48 persen dari 263 triliun dollar AS
kekayaan dunia pada tahun 2014.
Laporan juga menyebutkan, total pertambahan
kekayaan global sepanjang tahun 2014 saha 20,1 triliun dollar AS. Kekayaan
bertambah meski ada resesi global secara umu. Laporan itu menyebut, hal ini
pertanda resesi lebih menimpa kalangan bawah. Fakta ini jugalah yang
menyebabkan munculnya organisasi bernama “We are 98 Percent” Kelompok yang
memprotes ketimpangan ekstrem.
Berdasarkan laporan Credit Suisse, seorang hanya memerlukan
3.650 dollar AS untuk masuk dalam kelompok 50 persen warga terkaya dunia. Untuk
masuk dalam kelompok 10 persen warga terkaya dunia, seorang memrlukan kekayaan
77.000 dollar AS dan diperlukan total kekayaan 798.000 dollar AS untuk masuk
kelompok 1 persen warga terkaya dunia.
“ Secara umum setengah warga kelas terbawah dunia memiliki
kurang dari 1 persen total kekayaan global. Di sisi lain, sebanyak 10 persen
warga terkaya dunia memiliki 87 persen dari total kekayaan dunia. Kelompok 10
persen warga terkaya dunia ini juga memiliki 48,2 persen total aset global.
“Demikian laporan ke 9 Credit Suisse.
Ini senada dengan laporan Oxfam yang menyatakan sebanyak 87
warga terkaya dunia memiliki kekayaan 1,5 triliun dollar AS. ini sama dengan
nilai kekayaan 3,5 miliar penduduk dunia.
Total kekayaan pada 2014 sebesar 263 dollar AS, lebih dua
kali dari total 117 triliun dollar AS total kekayaan pada 2000. Tingkat
pertumbuhan kekayaan enam kali lebih besar dari pada pertumbuhan pendapatan
atau disebut sebagai wealth-income ratio (rasio antara kekayaan dan
pendapatan). Pada umumnya rasio antara pertumbuhan kekayaan dan pendapatan ada
di interval 4-5 kali. Sekarang interval mencapai 6,6 kali.
Ini mirip pola yang tercatat menjelang Malaise (resesi besar
AS tahun 1929). Secara Empiris, setiap resesi hampir selalu didahului pola
pertumbuhan kekayaan yang melebihi pertumbuhan pendapatan. Logikanya, orang
kaya memiliki margin yang lebih rendah (marginal propensity to consume) untuk
berkonsumsi ketimbang warga kelas bawah. Ini menyebabkan konsumsi agregat
melemah jika ketimpangan semakin parah.
Rasip kekayaan-pendapatan ini menandakan keberadaan orang
orang pemilik aset, modal. Kekayaan mereka berkembang lebih cepat dari pada
pendapatan para pekerja biasa. Hal ini telah disampaikan tahun lalu oleh ekonom
Perancis. Thomas Piketty. Ia menyatakan, segelintir orang kaya dunia semakin
kayak arena kepemilikan aset setnya yang terus beranak pinak sejak awal 1900-an
“Rasio yang memperbesar antara peningkatan kekayaan dan
pendapatan itu menunjukn ketimpangan ekstrem terus terjadi” kata Ketua Divisi
Ketimpangan dari Oxfam Emma Seery.
Dari total 20,1 triliun dollar AS kekayaan yang tercatat
pada 2014. sebanyak 12,3 triliun dollar AS kekayaan yang tercatat pada 2014.,
Sebanyak 12,3 triliun dollar AS terjadi di negara negara terdera Krisis. yakni
AS, Eropa dan Jepang. Pertumbuhan kekayaan terjadi akibat kenaikan harga harga
saham. Warga biasanya terus terpukul efek negative resesi.
Para Ekonom, termasuk Joseph E Stigliz sering menekankan
ketimpangan ini merupakan buah kebijakan yang memberikan kelonggaran pajak
kepada warga terkaya. Di AS, hal ini terjadi sejak era almarhum mantan Presiden
AS Ronald Reagan dan dilanjutkan mantan Presiden George W Bush.
Pekan ini Presiden AS Barack Obama telah menyodorkan
peraturan kepada Kongres AS untuk memajaki pendapatan Warga kaya, termasuk
pajak atas pendapatan dari aset aset warga kaya AS. Di sisi lain, keringan
pajak dirancang untuk diberikan kepada keluraga bawah.
(AFP/AP/REUTERS/MON)
Sumber : Kompas
No comments:
Post a Comment